Tempe: Pangan Lokal Unggul (Superfood) Khasanah Budaya Bangsa
DOI:
https://doi.org/10.56744/irchum.v1i1.14Keywords:
tempe, pangan lokal unggul, kearifan lokal, makanan kesehatanAbstract
Indonesia kaya akan keragaman sumber daya alam hayati dan budaya. Salah satu keragaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah jenis pangan lokal dan menu olahannya. Pangan lokal perlu diposisikan sebagai bagian dari sistem pangan nasional, mengingat potensi pangan lokal sangat besar bagi pencapaian ketahanan pangan dan gizi masyarakat. Pangan lokal yang beragam, disukai oleh masyarakat dan mudah didapatkan di seluruh pelosok negeri. Salah satunya adalah Tempe. Tempe dikenal sebagai super-food (makanan yang unggul). Proses pembuatan tempe yang melibatkan berbagai mikroorganisme (bakteri asam laktat, kapang, yeast dan lain-lain) melalui proses fermentasi (solid-state fermentation) menghasilkan zat-zat gizi dan senyawa bioaktif yang berguna bagi Kesehatan. Proses fermentasi (solid-state fermentation) pada produksi tempe ini menyebabkan perubahan fisik, kimia, biokimia dan sensoris dari bahan asalnya. Secara fisik, Tempe yang dihasilkan berwarna putih diselimuti miselia kapang, memiliki tekstur padat dan kompak. Secara kimiawi, terjadi peningkatan kadar padatan terlarut, protein terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor protein, asam folat, vitamin B12 dan tokoferol. Secara biokimia, tempe yang terbentuk memiliki kandungan protein, lemak, dan karbohidrat yang lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Semoga tempe menjadi kebanggan bangsa Indonesia sebagai aset local wisdom di bidang pangan dan dapat menjadi makanan pilihan bagi peningkatan gizi, pencegahan penyakit dan perbaikan kesehatan secara umum
Downloads
References
Astuti, M. et al. (2000) ‘Tempe, a nutritious and healthy food from Indonesia’, Asia Pasific Journal of Clinical Nutrition, 9(May), pp. 322–325.
Egounlety M, Aworh OC. (2003). Effect of soaking, dehulling, cooking and fermentation with Rhizopus oligosporus on the oligosaccharides, trypsin inhibitor, phytic acid and tannins of soybean (Glycine max Merr.), cowpea (Vigna unguiculata L. Walp) and groundbean (Macrotyloma geocarpa Harms). J Food Eng. 56(2–3):249-254.
Nakajima, N., N. Nozaki, K. Ishihara, A. Ishikawa, H. Tsuji. (2005). Analysis of Isoflavone Content in Tempeh, a Fermented Soybean, and Preparation of a New Isoflavone-Enriched Tempeh. Journal of Bioscience and Engineering. Vol. 100: 685-689.
Nout MJR, Kiers JL. (2005). Tempe fermentation, innovation and functionality: update into the third millennium. J Appl Microbiol. 98:789-805.
Sanjukta S. Rai AK. (2016). Production of bioactive peptides during soybean fermentation and their potential health benefits. Trends Food Sci Technol. 50: 1-10.
Sato K, Miyasaka S, Tsuji A, & Tachi H. (2018). Isolation and characterization of peptides with dipeptidyl peptidase IV (DPPIV) inhibitory activity from natto using DPPIV from Aspergillus oryzae. Food Chem. 261:51–56. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2018.04.029.
Shin, D. and Jeong, D. (2015) ‘Korean traditional fermented soybean products: Jang’, Journal of Ethnic Foods. Elsevier Ltd, 2(1), pp. 2–7. doi: 10.1016/j.jef.2015.02.002.
Singh, B. P., Vij, S. and Hati, S. (2014) ‘Functional significance of bioactive peptides derived from soybean’, Peptides. doi: 10.1016/j.peptides.2014.01.022.
Tamam, B. Syah, Dahrul, Suhartono, MT and Kusuma, WA and Tachibana, S., and Lioe, HN. (2019) ‘Proteomic study of bioactive peptides from Tempe’, Journal of Biosciences and Bioengineering, 128(2), pp. 241–248. doi: 10.1016/j.jbiosc.2019.01.019.
Wang H, Meng FJ, Yin LJ, Cheng YQ, Lu AX, Wang JH. (2016). Changes of composition and angiotensin I-converting enzyme-inhibitory activity during Douchi fermentation. Int J Food Prop. 19(11): 2408-2416.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 Badrut Tamam

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
How to Cite
File Views: 1239